Siswa Dievakuasi Akibat Tanah Bergerak di Sekolah SMP Sulawesi

Ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di wilayah Sulawesi terpaksa dievakuasi setelah pergerakan tanah yang signifikan terjadi di area sekolah. Fenomena alam ini menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan siswa dan staf pengajar, sehingga langkah siswa dievakuasi dianggap sebagai tindakan preventif yang paling tepat. Peristiwa ini terjadi pada hari Kamis pagi, 10 April 2025, sekitar pukul 09.00 WITA, di SMP Negeri 3 Bolmong, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), Sulawesi Utara.

Kronologi Tanah Bergerak dan Evakuasi Siswa

Menurut laporan dari pihak sekolah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bolmong, pergerakan tanah mulai terasa sejak beberapa hari terakhir, ditandai dengan munculnya retakan-retakan di beberapa bagian bangunan sekolah dan area lapangan. Puncaknya terjadi pada Kamis pagi, ketika pergerakan tanah semakin jelas terlihat dan menimbulkan bunyi gemuruh pelan.

Melihat kondisi yang membahayakan, pihak sekolah dengan sigap mengambil keputusan untuk segera melakukan evakuasi seluruh siswa dan staf pengajar ke tempat yang lebih aman. Proses siswa dievakuasi dilakukan dengan tertib dan dibantu oleh petugas BPBD serta aparat kepolisian dari Polsek Lolak yang segera tiba di lokasi setelah menerima laporan. Sebanyak 350 siswa dan puluhan guru berhasil siswa dievakuasi ke tenda-tenda darurat yang didirikan di lapangan terbuka yang berjarak cukup jauh dari area pergerakan tanah.

Penyebab Tanah Bergerak dan Langkah Selanjutnya

Kepala BPBD Kabupaten Bolmong, Sutrisno Lamaluta, yang ditemui di lokasi kejadian menyatakan bahwa pergerakan tanah ini diduga kuat disebabkan oleh kondisi tanah yang labil dan curah hujan tinggi yang terjadi beberapa waktu belakangan. Tim geologi dari provinsi juga telah dihubungi untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui penyebab pasti dan potensi pergerakan tanah susulan.

Untuk sementara waktu, kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 3 Bolmong diliburkan demi keselamatan seluruh warga sekolah. Pemerintah daerah setempat berjanji akan segera mencari solusi terbaik, termasuk kemungkinan relokasi sekolah jika kondisi tanah dinilai tidak lagi aman untuk aktivitas belajar. Prioritas utama saat ini adalah memastikan keselamatan seluruh siswa dievakuasi dan memberikan tempat penampungan yang layak.