Hari Waisak: Merayakan Tiga Peristiwa Suci dalam Kehidupan Sang Buddha

Bagi umat Buddha di seluruh dunia, Hari Waisak merupakan hari suci yang paling utama. Dirayakan setiap tahun pada saat bulan purnama di bulan Waisak (biasanya jatuh pada bulan Mei), hari ini memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddhartha Gautama, yang kemudian dikenal sebagai Buddha: kelahiran, pencerahan sempurna, dan Parinibbana (wafat).

Sejarah Waisak berakar lebih dari 2500 tahun yang lalu, ketika Pangeran Siddhartha Gautama lahir di Taman Lumbini. Kelahirannya menandai awal dari perjalanan spiritual seorang tokoh yang ajarannya akan membawa kedamaian dan kebijaksanaan bagi jutaan orang. Perayaan Waisak menjadi pengingat akan pentingnya kelahiran sebagai awal dari potensi pencapaian spiritual.

Peristiwa kedua yang diperingati adalah Buddhatva, atau pencerahan sempurna yang dialami Siddhartha Gautama di bawah Pohon Bodhi di Bodh Gaya. Setelah bertahun-tahun mencari kebenaran, pada usia 35 tahun, ia mencapai pemahaman tertinggi tentang hakikat kehidupan dan menjadi Buddha. Waisak merayakan kemenangan atas kegelapan batin dan penemuan Jalan Tengah.

Peristiwa terakhir yang dimuliakan pada Hari Waisak adalah Parinibbana, yaitu wafatnya Buddha Gautama pada usia 80 tahun di Kushinagar. Meskipun merupakan akhir dari kehidupan fisik Sang Buddha, Parinibbana melambangkan pencapaian kebebasan mutlak dari samsara (siklus kelahiran dan kematian) dan masuk ke dalam kedamaian abadi.

Makna Hari Waisak bagi umat Buddha sangatlah mendalam. Hari ini adalah kesempatan untuk merenungkan ajaran-ajaran Buddha Dharma, seperti Empat Kebenaran Mulia dan Delapan Jalan Utama, sebagai panduan dalam menjalani kehidupan yang penuh kesadaran dan welas asih. Waisak juga menjadi momen untuk memperkuat keyakinan (Saddha), mengembangkan kebajikan (Paramita), dan mempraktikkan meditasi untuk mencapai ketenangan batin.

Perayaan Waisak di berbagai negara memiliki tradisinya masing-masing, namun umumnya meliputi upacara keagamaan di vihara, meditasi bersama, mendengarkan khotbah Dharma, melakukan perbuatan baik, serta melepaskan lampion sebagai simbol pelepasan karma buruk dan harapan akan pencerahan. Di Indonesia, perayaan Waisak secara nasional biasanya dipusatkan di Candi Borobudur, Jawa Tengah, dengan berbagai ritual sakral.

Hari Waisak bukan hanya sekadar perayaan seremonial, tetapi juga momentum penting bagi umat Buddha untuk memperbarui komitmen mereka dalam mengamalkan ajaran Buddha dan berkontribusi pada kedamaian dan kebahagiaan semua makhluk.